Hallo Semua,
Tak terhitung kali kita mendengar berita tentang kebakaran hebat yang melanda berbagai belahan dunia, dan seringkali penyebabnya mengejutkan. Salah satu faktor utama yang sering kali diabaikan adalah penggunaan flare oleh fotografer. Flare, yang sering digunakan sebagai efek asap atau pencahayaan dalam fotografi, dapat dengan mudah memicu api jika tidak ditangani dengan benar. Pada beberapa kesempatan, flare telah menjadi pemicu kebakaran yang merusak hutan, rumah, dan bahkan merenggut nyawa. Meski flare bisa memberikan hasil foto yang dramatis dan menakjubkan, kita perlu lebih sadar dan bertanggung jawab tentang bagaimana dan di mana kita menggunakannya. Ingatlah, estetika tidak sebanding dengan kerusakan dan kehilangan yang bisa disebabkan oleh kebakaran.
Flare, atau yang dikenal dengan bunga api, sering kali diklasifikasikan sebagai Barang Berbahaya (Dangerous Goods/DG) karena berbagai alasan. Pada dasarnya, flare adalah perangkat yang menghasilkan cahaya intens tinggi yang digunakan untuk berbagai tujuan, seperti sinyal darurat di laut dan udara, atau bahkan untuk hiburan dalam pertunjukan kembang api.
Flare diklasifikasikan sebagai Barang Berbahaya karena sifatnya yang mudah terbakar dan potensial menimbulkan bahaya. Flare mengandung bahan kimia yang dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan panas yang intens. Jika tidak ditangani dengan benar, ini bisa menyebabkan kebakaran atau ledakan.
Tidak hanya itu, flare juga dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Asap yang dihasilkan flare dapat mengiritasi mata dan sistem pernapasan, dan dalam beberapa kasus, dapat menimbulkan reaksi alergi. Selain itu, partikel yang dikeluarkan oleh flare dapat merusak lingkungan jika tidak dibersihkan dengan baik.
Maskapai penerbangan memiliki prosedur khusus untuk menghandle flare. Menurut regulasi internasional, flare hanya bisa diterima dengan peraaturan yang sangat ketat.. dan bahkan mungkin saja beberapa jenis Barang berbahaya dilarang diangkut dalam penerbangan.
Flare juga dapat menimbulkan bahaya di daerah savana, terutama selama musim kering. Di savana, vegetasi kering dan padat dapat dengan mudah terbakar jika terkena percikan api dari flare. Kebakaran semacam itu bisa cepat menyebar dan merusak ekosistem, serta membahayakan kehidupan manusia dan satwa liar. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan flare dengan hati-hati di daerah seperti ini.
Terdapat beberapa insiden kebakaran di dunia yang disebabkan oleh penggunaan flare sebagai efek selama pemotretan. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
- Insiden di London, Inggris (2017): Sebuah studio fotografi di London terbakar hebat ketika seorang fotografer menggunakan flare sebagai bagian dari pemotretan. Api cepat menyebar ke seluruh studio, mengakibatkan kerusakan besar dan memaksa penghuni bangunan tersebut untuk dievakuasi.
- Kebakaran di California, Amerika Serikat (2019): Sebuah kebakaran hutan terjadi di California setelah seorang fotografer menggunakan flare di area kering. Flare tersebut memicu api yang kemudian menjalar ke hutan sekitar, mengakibatkan kerusakan serius pada ekosistem lokal.
- Insiden di Sydney, Australia (2020): Sebuah gedung perkantoran terbakar setelah seorang fotografer menggunakan flare dalam sesi pemotretan di atap gedung. Meski tidak ada korban jiwa, kerusakan properti yang timbul cukup besar.
- Kebakaran di Seoul, Korea Selatan (2021): Sebuah studio fotografi terbakar setelah flare yang digunakan untuk pemotretan memicu api. Meski api berhasil dipadamkan dengan cepat, insiden tersebut menghasilkan kerugian material yang signifikan.
Dari insiden-insiden tersebut, kita bisa melihat betapa risiko yang ditimbulkan dari penggunaan Flares benar sangat besar. Oleh karena itu, penting bagi fotografer dan pihak lain yang terlibat dalam pemotretan untuk memahami dan menghormati bahaya yang berpotensi ditimbulkan oleh flare.
Salam Sehat Semangat Sukses
Bambang Purnomo , SS-BA, CSCA, CAVM Solution Consultant
