Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sekelumit lagunya John Legend ‘ All of me ” kenang kenangan 2 tahun yang lalu pas Working from Home. Memang pas waktu itu tiba tiba setiap keluarga di seluruh dunia memperlihatkan atraksi / talets WFH mereka , termasuk saya dan anak anak saya ha ha ha 🤣🤣🤣.

Lagu ini mengisahkan pengorbanan total John Legend yang teramat sangat kepada istrinya.

Even when I lose, I’m winning; my head’s under water, but I’m breathing fine; I give you all of me, you give me all of you…… Pengorbanan yang dalam…💌💌💌

Kalau dengar lagunya John Legend ini All of me …. , Teringat pula slogan religious terkenal berbunyi Unus Pro Omnibus, Omnes Pro Uno  , One for All , All for one …Itu adalah semboyan kepercayaan bangsa Yunani yang saya lihat masih sangat dipakai di jaman modern ini. Namun saya tidak mengupas hal ini dari Sisi agama ya …saya mengupas dari sisi etos kerja …. bahwa dalam sebuah Team Work diperlukan semangat Juang yang Tinggi dan Menyatu sehingga Misi sebuah Pencapaian Tujuan itu secara Holistik dapat lebih mudah dicapai.

Hal ini sangat penting karena memang dalam sebuah Perusahaan pastinya terdiri dari bermacam-macam karakter, latar belakang, pendidikan, budaya, dan faktor non teknis lainnya. Sehingga menurut pengalaman saya yang telah menjadi Profesional lebih dari 27 tahun di banyak Perusahaan asing, faktor People adalah faktor yang sangat krusial yang menentukan keberhasilan sebuah Perusahaan.

Terus apa hubungan All of me dengan All for One dalam article ini ??

Iya… dalam dunia kerja sering terjadi fenomena karyawan lama yang telah “merasa” begitu senior dan “merasa” memberikan segala galanya kepada perusahaaan… Padahal mungkin aja nggak… mungkin bisa karena nggak ada pilihan kali ….. Karena “ngrasa” All (because) of Me sehingga mereka tumbuh “spesial” menjadi karyawan dengan kategori “sulit diatur” 🤣🤣🤣.. sulit berubah dan bisa berpotensi menjadi liability buat Perusahaan.

Semboyan One for All ,All for One mungkin bisa mengatasi Syndrome All of me karena dapat men shifting pardigm karyawan “spesial” ini sehingga lebih dapat menjadi Asset perusahaan.

Semangat All for One tidak hanya sangat penting dipakai untuk keberhasilan pekerjaan namun semboyan ini juga sangat penting dipakai untuk mengatasi problem yang lebih sulit lain dalam sebuah Perusahhan misalnya Masalah Regenerasi ….Tepatnya orang bilang Suksesi atau Pergantian Kepemimpinan dari Pimpinan terdahulu kepada Pimpinan Penerusnya.

Mestinya artikel ini sambungan dari apa yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya Perihal Suksesi. Sedikit mengingat bahwa Suksesi itu sulit karena Pendahulu memiliki syndrome All of Me juga…..Pendahulu merasa berat “melepas” perusahaannya kepada penerusnya karena merasa memberikan segala galanya kepada perusahaan. Namun mereka okelahhh.. terutama dalam perusahaan keluarga… mereka khan Owner… So wajar wajar aja 🙂

All of me .. harusnya menjadi All for One. Agar dapat membantu mengatasi tantangan Perusahaan saat ini.

Begitulah semoga artikel ini bisa sebagai Insights menghadapi persoalan perusahaan saat ini karena masih dalam  ancaman lain dalam kondisi covid yang juga belum selesai, situasi sulit di dua tahun setengah ini rupanya juga secara alamiah sebagai ujian bagi semua Perusahaan apakah mereka mampu bertahan dan berinovasi.

Mungkin karena kesulitan adanya Pandemi banyak lah Perusahaan Perusahaan yang lebih agresif melakukan Regenerasi terutama karena tuntutan Perusahaan dan Tantangan ke depan …Generasi anak yang mungkin baru atau sudah lulus dari sekolah di luar negeri, oleh ayahnya diminta untuk membantu menyelesaikan kesulitan kesulitan di Perusahaan keluarga mereka. Atau mungkin lebih sulit lagi.. karena Anak merasa lebih pinter.. mereka mau berkontribusi lebih dominant kepada Perusahaan….sehingga Generasi Orang Tua merasa terpinggirkan…. Kenyataannya tidak mudah… Banyak usaha keluarga memiliki tantangan yang surprisingly lebih kompleks jika berhubungan dengan Regenerasi/ Suksesi. Karena pada dasarnya menurut Riset bahwa separuh Perusahaan keluarga itu tidak memiliki kerangka kerja dalam urusan Suksesi. Bahkan Riset mengatakan bahwa mereka Perusahaan Perusahaan yang mungkin sudah memikirkan rencana Suksesi, fatanya mereka tidak terlalu memiliki dokumentasi yang mendetail terhadap apa dan bagaimana melakukan suksesi dengan baik.

Ada dua alasan kenapa rencana suksesi ini kelihatannya sulit untuk disiapkan karena Perusahaan yang Foundernya masih bisa berkarya atau beraktivitas mereka kurang peduli /enggan untuk menyiapkan rencana Suksesi lebih lebih bersusah susah mendiskusikan rencana pergantian yang bisa diterjemahkan mereka enggan melakukan rencana menonaktif kan dirinya sendiri dari Perusahaan. Kedua bahwa Perusahaan yang Foundernya masih bisa beraktifitas memiliki ikatan personal kepada perusahaan dan mereka tidak mau bahkan berfikir bahwa diri sendiri akan pensiun seolah olah mereka akan hidup selamanya.
Padahal jika para Founder tidak memikirkan rencana Suksesi artinya bahwa mereka juga merencanakan untuk tidak kompatibel atau siap melakukan Persiapan Berubah untuk terus berkompetisi di waktu mendatang. Jadi dengan kondisi seperti itu, Perusahaan dapat dibilang ya pokoknya jalan padahal ya pokoknya jalan itu sangat riskan sebagai semboyan untuk bertahan dalam persaingan ke depan.

Dengan kompleksitas rencana Suksesi yang penuh muatan psikologis dan mungkin politis kali ya …, Semboyan One for All and All for One mungkin akan membantu membuat beda generasi dari sebuah Perusahaan untuk secara Holistik memikirkan kelangsungan hidup Perusahaan bersama-sama. Apapun kondisi sukses dan gagalnya sebuah Perusahaan adalah urusan satu keluarga. Sehingga sesulit apapun, seri wah apapun masing masing generasi harus memiliki ikatan yang kuat untuk memilih sukses buat Perusahaan keluarga mereka.

Dengan semangat kebersamaan tadi mestinya generasi ayah yang merasa All of me akan lebih ikhlas untuk memberikan kesempatan kepada anak mereka atau keluarga mereka yang mungkin lebih mudah dan tidak berpengalaman untuk membuktikan kemampuan mereka. Pengakuan ini sangat penting karena ini adalah bagian proses formal untuk rencana regenerasi. Dan proses itu juga akan memberikan sebuah di Reminder kepada generasi sebelumnya bahwa mereka harus memikirkan untuk turun jabatan secara suka rela. Emang sih kenyataannya bahwa dalam dunia Perusahaan yang berbasis Founder masih dalam Perusahaan, Siapa pun Menejemen akan merasa sangat segan untuk berinisiasi mengusulkan Suksesi kecuali yang bersangkutan memang menghendaki rencana suksesi dilaksanakan atau dibahas.

Seperti yang telah dibahas dalam artikel terdahulu bahwa ada beberapa kiat kiat yang bisa dilakukan oleh Founder yang ingin melakukan atau Mung inisiasi rencana suksesi. Nah Teman -Teman boleh bacalah di artikel ini ya…

Dalam suasana di mana Founder atau Pemimpin dan terdahulu secara sadar saat melakukan Regenerasi dan penyerahan jabatan kepada pendahulunya, yang bijaksana adalah seperti yang tertera di artikel selalu ya mereka pasti akan sibuk untuk mencari kurang lebih siapa orang yang tepat untuk menggantikan dirinya. Banyak sekali diskusi yang pasti Membahas calon calon potensial yang akan menggantikan pimpinan yang akan pergi. Dan yang sering terjadi pula tantangan regenerasi adalah walaupun telah ditemukan pengganti yang tepat dan kredibel, namun belum tentu juga bahwa pengganti yang baru itu memiliki budaya atau budaya atau kebiasaan yang identik dengan organisasi yang dipimpin oleh pendahulunya.

Jadi betul betul insting kuat dari Founder terdahulu untuk memilih penggantinya, adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk kesuksesan regenerasi dan sekali lagi bahwa Slogan One for All, All for One  sangatlah juga memiliki peran yang sangat krusial dalam sukses menjalankan Regenerasi/suksesi.

Salam Sehat Semangat Sukses

 Klik di sini buat Donasi para anak yatim piatu dan mendukung eNews PA dengan berita berita Inspiratif lainnya 💡 💡 💡Click here to Donate Orphanages and support insightful, inspirative eNews from PA 💡 💡 💡

Leave a comment

OUR PARTNER

Email

Email

POWER ACTION © 2024. All rights reserved.

POWER ACTION © 2024. All rights reserved.